TRIBUNNEWS.COM - SEPUCUK selebaran membuat hati FAS (24) berbunga-bunga, melambung tinggi. Pikirannya menerawang jauh, bakal menginjakkan kaki, belajar di Universitas Bina Nusantra (Binus) di bilangan Jakarta Barat. Kampus ini terkenal dengan reputasi di bidang komputer.
Mata kuliah yang ditawarkan kampus swasta itu sudah menjadi idamannya selama ini, teknologi informasi. Senyum FAS mengembang, tidak tergores di wajah ayahnya, Wanto, yang berada di sampingnya. Meski selama ini terus mendukung keinginan anaknya meneruskan studi sekaligus hobinya di bidang IT, hati Wanto kurang sreg atas pilihan FAS, kuliah di Binus.Wanto bukan tak sayang putra sulungnya itu. Tapi, kampus yang diinginkan membutuhkan biaya besar. Selain karena penghasilannya sebagai salah satu pekerja negeri sipil terbatas, Wanto harus mempertimbangkan biaya pendidikan dua adik perempuan FAS.
"Saya bilang ke dia, Aa (bahasa Sunda: panggilan kakak laki-laki) biaya di sana mahal. Bagaimana kalau Aa mengambil geografi dulu di kampus negeri," tutur Wanto soal keinginan FAZ kepada Tribunnews.com yang bertamu ke rumahnya Kota Serang, Banten, Selasa (7/2).
Seketika wajah FAS datar. Ia tak membantah, apalagi berontak. Usulan ayahnya, diterima lapang dada. Akhirnya, dengan nilai bagus, FAS mengikuti SMPTN (Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Ia lolos dan masuk Jurusan Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Orangtua FAS, Wanto dan Yanti bersyukur. Karena lewat jalur SMPTN, keluarga tidak membayar uang masuk lewat jalur reguler yang saat itu terbilang tinggi dengan kisaran Rp 25 juta. Karena lewat SMPTN, keluarga mendapat kemudahan membayar uang masuk secara mencicil sekira Rp 10 juta.
Kendati jurusan yang diambilnya Geografi, tak menutup impian FAS untuk mengetahui seluk-beluk dunia teknologi informasi. Pria yang humoris ini belajar secara otodidak lewat internet. Di dunia kampus, ia bukanlah aktifis. Selama di UI, ia lebih menyibukkan diri dengan dunia yang disukainya.
FAS, otak pembobol server Telkomsel mengaku belajar IT secara otodidak selama enam tahun. FAS mengakui membutuhkan waktu sekitar delapan bulan, untuk membobol server Telkomsel. Selama enam tahun belajar phreaking, keahlian, wawasan, dan pengalamannya terus bertambah.
"Sektiar bulan Oktober 2010, saya iseng-iseng bermain internet mencari data gratisan. Eh, saya menemukan celah untuk masuk ke server Telkomsel. Ketika saya masuk ke pintunya (server) ternyata tebuka," ujar FAS saat ditemui di bareskrim Mabes Polri, Senin (6/2).FAS melanjutkan, ia dan teman-temannya seketika dapat meretas mesin data perusahaan provider layanan telepon seluler tersebut. Ia membutuhkan waktu delapan bulan, mengutak-atik melalui internet, sampai akhirnya berhasil menjebol sever dan membobol pulsa elektrik. Namun demikian ia menganggapnya sebuah keberuntungan. Ia mengaku tidak memiliki ilmu khusus dari keilmuan formalnya dalam bidang tekonologi informasi (IT), melainkan seorang lulusan jurusan Geografi Universitas Indonesia. Dari segi keilmuan, pendidikan yang dia tempuh dengan pembobolan server Telkomsel tidak ada hubungannya. "Saya belajar otodidak. Belajar phreaking sejak dari 2006 hingga sekarang," ujar pria bekulit putih ini.
FAS, bersama enam orang lainnya telah ditahan Mabes Polri karena mencuri pulsa dari server. Semula mereka disebut membobol senilai Rp 7 miliar, dan belakangan berkembang menjadi Rp 10 miliar. Sedangkan pihak pelaku mengakui sempat meraup sekitar Rp 2 miliar. Lima dari ketujuh tersangka menunjuk kantor pengacara Andri C Sihombing & Co sebagai tim pengacara. Kelimanya adalah Dwi Yunianto Widyo Nugroho warga Pondok Gende, Bekasi, Jawa Barat. Kemudian, Mohammad Susanto warga Cilincing Jakarta Utara. Serta Ahmad Hanafi dan Lukman, keduanya warga Jalan Lodoya, Purwakarta.
Ref : http://id.berita.yahoo.com/kisah-otak-pembobol-server-telkomsel-1-231627725.html
0 komentar:
Posting Komentar